Kamis, 25 Juli 2019

SUKSES REAKREDITASI 2019 !!!


REAKREDITASI: “SIAPA TAKUT?”

Tak terasa masa – masa visitasi akreditasi telah kembali datang menghampiri kita semenjak 5 tahun yang lalu kita melaksanakan akreditasi untuk yang pertama kalinya. Masa itu sekitar tahun 2014 ketika saya pertama kali menjabat sebagai Pembantu Dekan I adalah masa transisi panjang dimana kita sebelumnya masih harus berhadapan dengan perubahan nomenklatur dari Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Saya sebut sebagai masa transisi panjang karena memang secara fisik organisasi dan infrastruktur kita telah berdiri sendiri namun hal-hal lain yang berkaitan dengan administrasi akademik, administrasi umum dan keuangan kita masih terkait dengan fakultas Pembina kita yakni Fakultas Ekonomi. Ketika itu saya masih ingat saya harus berhadapan dengan tim assessor untuk menjelaskan dan mengkonfirmasi atas data dan informasi yang ada dalam Borang Fakultas. Ada sedikit rasa gamang dan ragu bagi saya karena memang saya tidak menguasai data dan informasi yang ada dalam Borang Fakultas ketika itu. Saya masih ingat ketika itu tim asesor mengajukan beberapa pertanyaaan seperti:
·         “Apakah Visi-Misi Prodi sudah sinkron denga Visi-Misi Fakultas dan Visi-Misi Universitas?”
·         “Berapa lama rata-rata masa studi mahasiswa?”
·         “Apakah memiliki Sistem Informasi Akademik?”
·         “Berapa besar dana penelitian yang didapatkan oleh dosen setiap tahun?”
·         “Apakah ada sarana prasarana informasi kepada mahasiswa?”
·         “Berapa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh lulusan untuk terserap dalam dunia kerja?”
·         “Apakah punya organisasi Ikatan Alumni?”

Dan masih banyak lagi, yang semuanya mesti bisa dibuktikan melalui data, harus speak by data. Saya pikir masa itu adalah sebuah pelajaran berharga bagi saya dan teman-teman pengelola jurusan. Secara pribadi tentu saya mengakui banyak kelemahan dan kekurangan saya pada waktu itu. Namun dengan segala daya, kita mencoba untuk bekerja bersama-sama, bergotong-royong menghadapi setiap rentetan pertanyaan dan permintaan data oleh asesor akreditasi.
 
Kini setelah sekian lama saya meninggalkan kursi pengelola jurusan maupun pengelola fakultas saya semakin paham apa yang sebenarnya harus kita benahi. Ternyata yang harus dibenahi adalah diri saya sendiri. Saya harus berpikir bahwa persiapan akreditasi yang baik itu tidak bisa diselesaikan oleh egoisme. Kita harus bergotong-royong bahu membahu jauh sebelum tim asesor itu datang. Persiapan data dan informasi mulai dari standar 1 sampai standar 7 itu harus dicicil. Sedikit demi sedikit. Pola kerja yang terus menerus dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk menyajikan data dan informasi yang valid. Karena ternyata dari standar 1 sampai dengan standar 7 itu saling berhubungan. Jadi kalau kita tidak konsisten, sudah pasti tidak sinkron. Dan untuk menjadi konsisten dan sinkron itu ternyata tidak mudah, sekali lagi tidak mudah. Ini adalah kerja bareng yang membutuhkan partisipasi dari setiap sivitas akademika fakultas. Mulai dari Dekanat, Kabag, Kasubbag, Kajur-Sekjur, Pramubakti, dan termasuk mahasiswa.

Sebenarnya kita punya potensi yang sangat besar untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam proses reakreditasi tahun 2019 ini. Saya melihat perubahan kepemimpinan di Rektorat telah menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap upaya perbaikan akreditasi jurusan, termasuk di fakultas kita. Dukungan anggaran, koordinasi melalui rapat, coaching clinic itu adalah bentuk good will dan political will yang sangat nyata. Saya melihat sendiri ada kampus swasta (PTS) yang mana prodinya itu tidak memiliki Doktor satupun, kurikulumnya belum berstandar KKNI, tidak memiliki Siakad, tidak memiliki domain www.ac.id itu saja bisa mendapatkan predikat “B”. Apalagi kita yang sudah memiliki banyak dosen yang bergelar doctor mestinya bisa mendapatkan predikat “A”. Karena ternyata kuncinya itu adalah “konsistensi dan sinkronisasi” dalam hal data dan informasi. Hal ini bisa terwujud jika ada dukungan nyata dari pimpinan fakultas dan juga pimpinan universitas. Jika asesor datang dan kita bisa menampilkan kekompakan atau dalam bahasa keren “Soliditas”, maka Insya Allah itu menjadi kredit poin besar bagi kita untuk mendapatkan predikat yang terbaik.

Untuk itu besar harapannya kita bisa kompak, kita bisa solid, kita bergotong royong dalam menghadapi reakreditasi tahun 2019. Meski saya jauh….feel saya, spirit saya tidak pernah lepas dari perkembangan FISIP UPR. Kini saatnya kita untuk saling mendukung, bekerjasama, berkolaborasi meninggalkan sementara nuansa persaingan dan egosentris demi kejayaan FISIP UPR. Tiada usaha yang mengkhianati hasil!

Saya ucapkan selamat bekerja, selamat berjuang, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap rintangan. Amin. FISIP UPR Jaya !!!