Sabtu, 05 Januari 2019

REFLEKSI 14 TAHUN FISIP UPR: Peluang dan Tantangan Kedepan

14 Tahun sudah usia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Palangka Raya jika kita hitung dari pendirian Program Studi Sosiologi dan Program Studi Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2005. Usia ini tergolong ‘remaja’ yang penuh dengan suka cita dan keceriaan atau kita sering kita menyebutnya dengan ‘usia ABG’. Namun jika kita hitung dari pendirian fakultas maka pada tanggal 7 Januari 2019 ini FISIP – UPR berusia 7 tahun. Hal ini meski kita pertimbangkan apakah kita menggunakan momentum pendirian prodi ataukah momentum pendirian fakultas? Karena jika kita lihat peringatan dies natalis di beberapa fakultas lain, mereka menghitungnya dari pendirian prodi. Saya pikir ini hal ringan yang bisa dibicarakan sambil minum kopi oleh anggota senat FISIP – UPR.

Sebagai bagian dari sivitas akademika, saya cukup memiliki kepedulian atas pergerakan kemajuan dan dinamika fakultas kita. Sehingga selalu secara spontan saya sampaikan buah-buah pemikiran saya untuk fakultas kita tercinta. Dan tentu apa yang saya sampaikan ini tidak dalam rangka ambisi saya atas sebuah jabatan atau perhatian khusus dari pimpinan. Serta bukan juga untuk mengoreksi atas hasil jerih payah dan kemajuan yang telah diupayakan rekan-rekan pengelola prodi dan fakultas selama setahun ini. 

Murni ini adalah sebuah tinjauan sederhana yang memang cukup kritis dalam rangka untuk terus mendorong dan memotivasi rekan-rekan di prodi dan fakultas agar bergerak lebih cepat, lebih baik, dan tepat sasaran. Kondisi atmosfer positif yang saat ini saya rasakan di kampus UB terus menjadi inspirasi bagi saya untuk dapat sama-sama kita aplikasikan di kampus FISIP - UPR. Untuk itu ada baiknya kalau kita bisa melihat secara jernih dan jeli atas posisi kita, prestasi kita di tengah-tengah keberadaan perkembangan FISIP di kampus yang lainnya di Palangka Raya. Apakah kampus kita ini adalah “leader” atau “follower” dalam peta kompetisi lembaga pendidikan di Palangka Raya atau dalam bahasa ilmiahnya sering kita sebut dengan ‘benchmarking’. Hal ini perlu kita lakukan dalam rangka menyambut semangat pembaruan ‘UPR Jaya Raya’ yang terus digaungkan oleh kepemimpinan yang baru Rektor Dr. Andrie Elia Embang, SE., M.Si. 

Kita juga tahu perkembangan peradaban terutama pengaruh informasi dan teknologi yang begitu cepat di era revolusi industri 4.0 menuntut kita berubah dan bergerak lebih cepat. Meski kita harus realistis terhadap kesiapan sumberdaya kita baik SDM, prasarana, dan sarana yang ada. Saya optimis kebutuhan perbaikan dan pembangunan prasarana dan sarana yang ada adalah tanggung jawab dari universitas. Yang bisa kita lakukan adalah mengelola potensi sumber daya manusia yang ada agar lebih efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di fakultas kita. Dengan penambahan beberapa doktor yang baru selesai studi seyogyanya tenaga dan semangat kita untuk menjadi lebih baik semakin kuat. Karena mereka pulang dengan membawa gelar dan pengalaman akademik yang baik selama studi dapat kiranya diterapkan kepada mahasiswa kita. Lebih jauh harapannya produktivitas sebagai tenaga pendidik semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Rakernas kemenristekdikti yang diselenggarakan pada tanggal 3 – 4 Januari 2019 di Undip Semarang telah menghasilkan beberapa fokus yang meliputi: Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Riset dan Pengembangan, Inovasi, dan Pengawasan Internal. Hal ini dapatlah menjadi motivasi kita dalam rangka mengembangkan FISIP – UPR dengan tetap memperhatikan karakteristik dan potensi yang ada. 

Kondisi Eksisting 

Sejenak kita tengok bagaimana posisi kita di tengah-tengah kampus lain di Palangka Raya.  https://forlap.ristekdikti.go.id/prodi/search. Jika tabel tersebut adalah ‘valid’ maka kita meski meninjau apakah rasio dosen : mahasiswa kita dalam jumlah yang ‘ideal’. Namun sayang data yang terinput komplit hanya dari prodi sosiologi. Sedangkan dari prodi IAN dan IP jumlah mahasiswanya belum terinput. Tapi saya yakin bagian akademik prodi dan fakultas kita memiliki data yang lebih lengkap dan valid atas rasio dosen : mahasiswa. Harapan kita rasio dosen : mahasiswa meski dalam kondisi yang ideal yakni 1 : 35. Meski ada juga yang mematok untuk ilmu sosial bisa 1 : 40. Jika kita bisa menjaga rasio ideal ini maka proses belajar mengjar itu akan dapat dilaksanakan secara efektif sehingga mutu pembelajaran itu dapat kita capai. Untuk itu saya ingin menyarankan agar kiranya daya tampung kita pada Tahun Akademik 2019/2020 dapat dipangkas 50% dari biasanya. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa lebih fokus dalam perbaikan internal kita yang meliputi: ketersediaan dosen dan ketersediaan prasarana dan sarana yang ada. Saya yakin ini tidak akan mengurangi apreasiasi masyarakat Kalteng terhadap FISIP. Justru ini momentum kita untuk sedikit “jual mahal” dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kita berikan saja limpahan mahasiswa kepada PTS lain di Palangka Raya. Mereka pun perlu mahasiswa untuk menjadi lebih besar dan lebih kompetitif. 

Selanjutnya kita coba tengok perkembangan status akreditasi kita di tengah-tengah kampus lain di Palangka Raya. Sumber: https://banpt.or.id/direktori/prodi/pencarian_prodi.php. Kita meski berbesar hati bahwa fakta akreditasi kita tertinggal dengan prodi-prodi FISIP kampus lain. Dan menjadi istimewa karena pada tahun 2019 ini seluruh prodi kita telah jatuh tempo untuk perpanjangan masa berlaku akreditasi. Saya yakin pengelola prodi telah terus mengupayakan proses reakreditasi hingga hari ini, ditengah-tengah kesibukan mengajar dan kegiatan administrasi lainnya. Dan semoga sebelum jatuh tempo dapat selesai dengan tuntas untuk diajukan melalui sistem ‘SAPTO’. 

Reorientasi dan Reakreditasi 

Perubahan sistem akreditasi dari 7 standar menjadi 10 standar mendorong kita untuk berubah dalam strategi pengelolaan. Terlebih lagi orientasi akreditasi yang baru tidak hanya dalam input saja, tetapi lebih kepada output. Dan dalam sistem akreditasi yang baru tulang punggung pengelolaan itu tidak lagi pada prodi akan tetapi sudah bergeser kepada fakultas. Sehingga fakultas-lah kedepan yang harus dominan dalam pengelolaan dan penjaminan mutu pendidikan kita. 

Kebutuhan akan prestasi dan inovasi dalam pengelolaan pendidikan tinggi saat ini adalah hal yang utama. Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kita meski bersinergi dengan pimpinan universitas, kita meski bersinergi dengan fakultas lain, kita meski bersinergi dengan universitas lain dalam rangka meningkatkan prestasi dan inovasi, khususnya dalam hal sistem pembelajaran, IPTEK, penelitian dan pengabdian, serta yang sedang hit adalah publikasi ilmiah bereputasi (nasional dan internasional). Sehingga saatnya kita untuk bergandengan tangan dan meninggalkan segala bentuk egoisme, egosentrisme, dan egosektoral. Yang kita butuhkan diantara SDM kita bukan lagi KOMPETISI tapi KOLABORASI. Mengkritisi boleh, tapi bukan dalam rangka mendegradasi... Peluang Jika pada saatnya nanti setelah tahun 2019 berakhir dan seluruh prodi kita mendapatkan akreditasi minimal B, maka kita bisa mendorong agar seluruh prodi membuka program magister sebagaimana UMP telah lebih dulu membuka program S2 – MAP. Kita pun bisa!!!....pasti BISA!!! Asalkan tahun ini seluruh prodi bisa meraih akreditasi minimal B. Tantangan Perkembangan isu peradaban di Kalimantan Tengah seyogyanya juga kita ikuti dengan proyeksi pembukaan prodi-prodi baru seperti prodi hubungan internasional, prodi pariwisata, prodi manajemen pendidikan tinggi. Dan jika perlu kita bisa buka pendidikan vokasi seperti sekretaris, manajemen perkantoran, administrasi bisnis dengan jenjang pendidikan D1 dan D3. 

Itulah sedikit jentik-jentik pikiran saya ditengah-tengah masa studi yang saat ini cukup kritis meski telah melewati tahap ‘ujian kelayakan proposal’ masih ada 3 tahap lagi yang harus saya lampaui. Menjadi spontanitas pemikiran bagi saya, untuk dapat saya sampaikan kepada rekan-rekan sebagai bentuk dukungan, semangat, dan motivasi. Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat menjadi tambahan spirit dan bukan dianggap sentimentil yang sempit. Karena saya sendiri pun tahu bahwa semua perlu waktu dan perlu sesuatu,...yang mendorong kita untuk terpacu. 

SELAMAT DIES NATALIS FISIP – UPR yang ke 14,...SUKSES!!!

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda